Bondowoso – Pemkab Bondowoso melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melaksanaan kegiatan apel kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana hidrometrologi dan simulasi penanggulangan bencana erupsi gunung Raung di Kabupaten Bondowoso tahun 2024 ,di Alun-alun RBA Kironggo ,Senin 16/12/2024.
Kalaksa BPBD Bondowoso ,Sigit Purnomo menyampaikan bahwa kegiatan tersebut berdasarkan undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
Selain itu merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana
‘Kemudian peraturan daerah Kabupaten Bondowoso nomor 15 tahun 2017 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana dan SK Bupati Bondowoso nomor 884 tahun 2024 tentang status siaga darurat bencana hidrometer di Kabupaten Bondowoso ,”jelas Sigit.
Tujuan dari apel siap-siakan kata Sigit ,menghadapi bencana instrumen Metrologi dan simulasi penanggulangan bencana erupsi gunung Raung di Kabupaten Bondowoso tahun 2024 yakni upaya meningkatkan kesiapsiagaan Pemerintah Kabupaten Bondowoso dalam menghadapi bencana .
Selain itu menurutnya untuk membangun ketahanan masyarakat yang siap menghadapi bencana dan dapat pulih lebih cepat setelah bencana terjadi
“Kemudian meningkatkan koordinasi dan komunikasi lintas sektor sehingga upaya penanggulangan bencana dapat berjalan efektif dan efisien di mengurangi resiko meminimalkan dampak dan memastikan Respon yang efektif terhadap bencana tiga Oleh karena itu marilah kita bersama-sama mempersiapkan diri dan memahami dengan baik langkah-langkah mitigasi bencana melalui kenali bahayanya kurangi resikonya dan siapkan strateginya sehingga kita semua masyarakat Kabupaten Bondowoso siap untuk selamat,”pasar Sigit.
Ditempat yang sama PJ.Bupati Bondowoso ,M.Hadi Wawan Guntoro menyampaikan bahwa ,kegiatan ini merupakan momentum penting untuk memperkuat sinergi, kesiapsiagaan, dan koordinasi dalam menghadapi ancaman bencana, khususnya bencana hidrometeorologi dan potensi erupsi Gunung Raung.
“Dengan kesadaran dan kewaspadaan yang terus ditingkatkan, masyarakat akan mampu mengenali titik evakuasi yang aman, meminimalkan risiko korban jiwa, serta terbiasa melaksanakan mitigasi sebagai bagian dari budaya sehari-hari. Gerakan ini juga menjadi langkah penting menuju Bondowoso yang tangguh bencana, tangguh dalam upaya melindungi warganya,” ungkap Hadi .
Pihaknya mengapresiasi setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berkontribusi menyelenggarakan acara ini, terutama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bondowoso, yang selalu sigap dalam menangani berbagai potensi bencana di wilayah .
“Kabupaten Bondowoso adalah daerah dengan potensi bencana alam yang cukup tinggi. Bencana seperti tanah longsor, banjir, gempa bumi, angin puting beliung, erupsi gunung berapi, dan bahkan likuifaksi adalah ancaman nyata yang harus kita antisipasi,” jelas Hadi.
Pria yang juga menjabat Kepala Dinas Pemudah dan Olahraga Propinsi Jawa Timur inemgatakan bahwa Kondisi geografis Bondowoso yang didominasi pegunungan, tebing curam, serta jurang, memperbesar risiko.
Sebagai salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan Gunung Raung, Kata Hadi, ancaman erupsi juga menjadi perhatian serius. Oleh sebab itu, kegiatan simulasi sangat penting untuk memastikan semua pihak, mulai dari pemerintah, relawan, hingga masyarakat, memahami peran dan tanggung jawabnya masing-masing dalam situasi darurat.
Dalam menghadapi bencana, kita tidak dapat bekerja sendiri. Kolaborasi pentahelix yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan insan pers adalah kunci keberhasilan. Kerja sama harmonis di antara berbagai elemen ini akan memperkuat kesiapsiagaan dan respons kita terhadap bencana,”terangnya.
Ia juga mengajak perangkat daerah di jajaran Pemerintah Kabupaten Bondowoso untuk senantiasa mengedepankan perspektif kebencanaan dalam setiap tugas dan tanggung jawabnya.
Menurutnya ,Integrasi kebijakan yang berorientasi pada pengurangan risiko bencana perlu menjadi perhatian utama, agar potensi dampak buruk akibat bencana dapat ditekan seminimal mungkin.
Sebagai bentuk tanggung jawab bersama, Hadi mengimbau untuk menjadikan momen ini guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya sadar bencana.
Edukasi mengenai langkah mitigasi, prosedur evakuasi, serta identifikasi risiko harus terus dilakukan secara berkelanjutan. Dengan begitu, masyarakat tidak hanya siap untuk bertindak, tetapi juga mampu mengantisipasi bencana sebelum terjadi.
Potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung kata Hadi , harus menjadi perhatian kita bersama.
“Saya mengimbau seluruh elemen masyarakat untuk waspada, menjaga kebersihan lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, dan memperkuat sistem drainase di masing-masing wilayah. Selain itu, koordinasi antar perangkat daerah, relawan, dan masyarakat harus diperkuat guna memastikan kesiapan kita dalam menghadapi kemungkinan bencana,”harapnya.